Patah Tulang
Patah Tulang Pada Anak Yang Sering Tak Di Sadari Orangtua

Patah Tulang Pada Anak Yang Sering Tak Di Sadari Orangtua

Patah Tulang Pada Anak Yang Sering Tak Di Sadari Orangtua

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Patah Tulang
Patah Tulang Pada Anak Yang Sering Tak Di Sadari Orangtua

Patah Tulang Pada Anak Yang Sering Tak Di Sadari Orangtua Sehingga Menyepelekan Cedera Ringan Yang Ternyata Serius. Saat ini Patah Tulang pada anak sering kali tidak disadari oleh orangtua karena gejalanya tidak selalu terlihat jelas. Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak memiliki tulang yang masih lentur dan sedang dalam proses pertumbuhan. Kondisi ini membuat tulang mereka bisa retak atau mengalami patah ringan tanpa menyebabkan bentuk tulang berubah secara mencolok. Dalam banyak kasus, anak masih bisa bergerak atau bahkan berlari setelah jatuh, sehingga orangtua mengira cedera tersebut hanya memar biasa. Akibatnya, penanganan medis sering tertunda dan patah tulang baru terdeteksi setelah beberapa hari, ketika anak mulai mengeluh nyeri yang tidak kunjung hilang.

Tulang anak juga memiliki lapisan periosteum yang lebih tebal dan elastis dibanding orang dewasa. Lapisan ini dapat menahan sebagian besar tekanan, sehingga ketika terjadi patah, tulang tidak selalu bergeser. Jenis patah seperti ini disebut patah tulang greenstick, di mana tulang retak sebagian seperti ranting yang ditekuk. Gejalanya sering kali ringan: hanya nyeri saat digerakkan, sedikit bengkak, atau muncul memar kecil di sekitar area cedera. Karena terlihat tidak parah, orangtua sering mengabaikannya. Namun, jika dibiarkan tanpa perawatan yang tepat, patah tulang bisa memengaruhi pertumbuhan tulang dan menyebabkan bentuk tubuh tidak simetris di kemudian hari.

Kesalahan umum lain adalah memberikan pengobatan seadanya di rumah tanpa pemeriksaan dokter. Banyak orangtua langsung mengoleskan minyak, memijat area yang sakit, atau mengompres dengan bahan tradisional tanpa mengetahui kondisi tulang sebenarnya. Padahal, tindakan seperti itu justru bisa memperparah cedera jika ternyata tulang benar-benar patah. Anak yang mengalami patah tulang juga kadang tidak bisa mengungkapkan rasa sakitnya dengan jelas, terutama anak di bawah usia lima tahun, sehingga orangtua perlu lebih peka.

Patah Tulang Pada Anak Tidak Selalu Di Sertai Nyeri Berat

Patah Tulang Pada Anak Tidak Selalu Di Sertai Nyeri Berat karena struktur tulang mereka berbeda dengan orang dewasa. Tulang anak masih bersifat lentur dan mengandung lebih banyak zat organik seperti kolagen, sehingga lebih elastis. Ketika terjadi benturan atau jatuh, tulang anak cenderung menekuk terlebih dahulu sebelum patah sepenuhnya. Kondisi ini sering disebut sebagai patah tulang greenstick, di mana tulang hanya retak sebagian seperti ranting muda yang di tekuk. Karena tidak patah total dan jaringan sekitarnya tidak rusak parah, rasa sakit yang muncul pun cenderung ringan. Anak bahkan bisa tetap berjalan, berlari, atau bermain seperti biasa, padahal sebenarnya tulangnya mengalami cedera.

Selain itu, sistem saraf pada anak belum sepenuhnya berkembang seperti orang dewasa. Anak-anak memiliki ambang rasa sakit yang berbeda, dan terkadang belum bisa mengenali atau mengungkapkan rasa nyeri dengan jelas. Mereka mungkin hanya merasa tidak nyaman, tapi tidak menyadari bahwa itu adalah tanda cedera serius. Orangtua yang melihat anak masih aktif biasanya mengira bahwa kondisinya baik-baik saja, padahal sebenarnya ada kerusakan pada tulang yang memerlukan perhatian medis. Hal inilah yang membuat banyak kasus patah tulang pada anak tidak segera terdeteksi.

Faktor lain yang membuat nyeri tidak terlalu terasa adalah kemampuan jaringan anak untuk beregenerasi dengan cepat. Pembuluh darah dan otot di sekitar tulang masih muda dan elastis, sehingga mampu menahan sebagian tekanan dan mengurangi rasa sakit. Namun, meski gejalanya ringan, patah tulang yang tidak tertangani bisa menimbulkan masalah jangka panjang seperti pertumbuhan tulang yang tidak simetris atau deformitas pada anggota tubuh.

Banyak Orangtua Sering Menyepelekan

Banyak Orangtua Sering Menyepelekan cedera ringan pada anak, terutama setelah anak terjatuh atau terbentur. Ketika tidak ada luka terbuka atau perdarahan, sebagian besar orang menganggap kondisi itu tidak berbahaya. Padahal, di balik tampilan yang tampak biasa saja, bisa saja terjadi cedera serius seperti patah tulang ringan atau retak halus yang sulit di lihat tanpa pemeriksaan medis. Anak-anak memiliki tulang yang lebih lentur di banding orang dewasa, sehingga saat patah, bentuk tulangnya tidak selalu berubah drastis. Karena itulah, orangtua sering salah menilai bahwa anak hanya mengalami memar atau keseleo biasa.

Kebiasaan menyepelekan cedera ringan ini sering di perburuk oleh kebiasaan lama yang turun-temurun. Banyak orangtua langsung mengambil tindakan tradisional seperti mengoleskan minyak, memijat bagian yang sakit, atau membiarkannya sembuh sendiri tanpa memeriksakan ke dokter. Padahal, jika tulang benar-benar mengalami patah, tindakan seperti pijat justru bisa memperparah kondisi dan menimbulkan komplikasi. Misalnya, posisi tulang bisa bergeser, jaringan otot di sekitarnya robek, atau aliran darah terganggu. Akibatnya, proses penyembuhan menjadi lebih lama dan bahkan bisa memengaruhi pertumbuhan tulang anak di masa depan.

Anak-anak juga sering tidak bisa menjelaskan rasa sakit yang mereka alami dengan detail. Mereka mungkin hanya mengatakan “sakit sedikit” atau bahkan tetap bermain meski mengalami cedera. Hal ini membuat orangtua semakin yakin bahwa cedera tersebut tidak berbahaya. Namun, tanda-tanda seperti pembengkakan, nyeri yang tidak hilang setelah beberapa hari, atau anak enggan menggerakkan bagian tubuh tertentu seharusnya menjadi peringatan. Banyak kasus baru di ketahui setelah kondisi memburuk, misalnya ketika tulang sudah mulai membengkok atau anak kesulitan bergerak.

Pemeriksaan Lebih Dini Memungkinkan Dokter Mendeteksi Kerusakan

Dari sudut pandang medis, setiap cedera pada anak seharusnya tidak di anggap sepele, bahkan ketika tampak ringan. Dokter ortopedi menjelaskan bahwa tulang anak berbeda dari tulang orang dewasa karena masih dalam proses pertumbuhan. Struktur tulang mereka lebih lentur dan memiliki lapisan pelindung yang tebal, di sebut periosteum, yang membuat patah tulang sering tidak terlihat jelas. Inilah sebabnya mengapa retakan halus atau patah sebagian bisa luput dari perhatian. Meski anak tampak baik-baik saja, cedera semacam ini tetap berpotensi mengganggu pertumbuhan tulang jika tidak segera di tangani dengan benar. Karena itu, pemeriksaan medis sedini mungkin menjadi langkah penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang.

Pemeriksaan Lebih Dini Memungkinkan Dokter Mendeteksi Kerusakan pada tulang atau jaringan sebelum gejala bertambah parah. Misalnya, melalui rontgen atau MRI, dokter dapat melihat adanya retakan kecil yang tidak tampak secara kasat mata. Jika terdeteksi lebih awal, tulang anak bisa segera di stabilkan dengan perban atau gips, sehingga penyembuhan berjalan sempurna tanpa mengubah bentuk atau panjang tulang. Sebaliknya, jika pemeriksaan di lakukan terlambat, tulang bisa tumbuh dalam posisi yang salah, menyebabkan kelainan bentuk permanen atau gangguan fungsi tubuh. Inilah yang sering terjadi pada kasus yang di biarkan terlalu lama karena di anggap hanya memar biasa.

Selain manfaat medis, pemeriksaan dini juga penting untuk memberikan rasa aman bagi anak dan orangtua. Anak-anak cenderung sulit mengungkapkan rasa sakitnya dengan jelas, sehingga pemeriksaan profesional membantu memastikan tidak ada cedera tersembunyi yang terabaikan. Dokter juga dapat memberikan panduan perawatan yang tepat, termasuk batas aktivitas yang aman selama masa pemulihan dari Patah Tulang.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait