Stadion Brawijaya
Stadion Brawijaya Tidak Memenuhi Syarat

Stadion Brawijaya Tidak Memenuhi Syarat

Stadion Brawijaya Tidak Memenuhi Syarat

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Stadion Brawijaya
Stadion Brawijaya Tidak Memenuhi Syarat

Stadion Brawijaya Tidak Memenuhi Syarat Sehingga Harus Menyiapkan Stadion Pengganti Untuk Tetap Bisa Bertanding. Saat ini Stadion Brawijaya di Kediri menjadi sorotan setelah dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk menggelar pertandingan Liga 1 Indonesia. Penilaian ini muncul dari hasil inspeksi yang dilakukan oleh tim verifikasi dari PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan PSSI. Dalam pemeriksaan tersebut, ditemukan sejumlah kekurangan signifikan baik dari sisi infrastruktur, keamanan, maupun fasilitas pendukung yang wajib ada sesuai regulasi kompetisi profesional. Kondisi stadion yang sudah berusia tua dan minim renovasi menjadi penyebab utama fasilitasnya tidak lagi memenuhi standar yang ditetapkan untuk kompetisi kasta tertinggi sepak bola nasional.

Salah satu masalah utama yang di temukan adalah kualitas rumput lapangan yang tidak sesuai standar. Permukaannya di anggap tidak rata, sebagian area lapangan tergenang air saat hujan, dan sistem drainase di nilai buruk. Hal ini tentu berisiko terhadap keselamatan pemain dan kualitas permainan. Selain itu, pencahayaan stadion juga menjadi kendala serius. Lampu yang tersedia tidak memenuhi standar lux yang di syaratkan untuk pertandingan malam hari, sehingga berpotensi mengganggu visibilitas pemain maupun siaran televisi.

Dari sisi keamanan, Stadion Brawijaya juga di nilai belum layak karena fasilitas evakuasi dan jalur keluar-masuk penonton masih terbatas. Kapasitas tribun yang terlalu padat tanpa pembatas yang memadai dapat menimbulkan potensi bahaya jika terjadi situasi darurat. Ruang ganti pemain, ruang media, dan area medis juga belum memenuhi standar minimal yang di wajibkan oleh PSSI. Bahkan beberapa area fasilitas terlihat sudah mengalami kerusakan dan tidak terawat dengan baik. Kondisi ini membuat Persik Kediri, klub yang bermarkas di stadion tersebut, terpaksa mencari alternatif stadion lain untuk melakoni laga kandang. Pemerintah Kota Kediri dan manajemen klub sebenarnya telah berupaya melakukan perbaikan bertahap, namun prosesnya memerlukan waktu dan biaya besar.

Ketidaklayakan Stadion Brawijaya Membawa Dampak

Ketidaklayakan Stadion Brawijaya Membawa Dampak cukup besar bagi berbagai pihak, terutama bagi Persik Kediri sebagai tim yang bermarkas di stadion tersebut. Dampak paling nyata di rasakan dari sisi operasional klub. Karena stadion tidak memenuhi syarat untuk menggelar pertandingan Liga 1, Persik harus mencari stadion alternatif untuk laga kandang. Kondisi ini membuat tim kehilangan keuntungan finansial dari penjualan tiket, karena suporter tidak bisa mendukung langsung di kota sendiri. Selain itu, biaya operasional meningkat karena klub harus menanggung pengeluaran tambahan seperti transportasi, sewa stadion lain, serta akomodasi pemain dan ofisial. Hal ini tentu memberatkan keuangan klub, terutama bagi tim yang bergantung pada pendapatan pertandingan.

Bagi suporter, ketidaklayakan Stadion Brawijaya menjadi kekecewaan tersendiri. Pendukung setia Persik yang di kenal fanatik harus menempuh perjalanan jauh untuk menyaksikan tim kesayangannya berlaga di luar kota. Situasi ini menurunkan antusiasme dan menimbulkan jarak emosional antara tim dan pendukungnya. Selain itu, ekonomi lokal di sekitar stadion juga terkena imbas. Pedagang kaki lima, pemilik warung, hingga penyedia jasa parkir yang biasanya meraup keuntungan saat pertandingan kini kehilangan sumber pendapatan. Stadion yang sepi kegiatan otomatis menurunkan perputaran ekonomi masyarakat sekitar.

Dampak lain terlihat dari sisi citra dan reputasi daerah. Stadion Brawijaya selama ini menjadi salah satu ikon Kota Kediri, tempat masyarakat berkumpul dan menunjukkan semangat olahraga. Ketika stadion tersebut di nilai tidak layak oleh otoritas sepak bola nasional, citra kota sebagai tuan rumah yang mampu mengelola fasilitas publik ikut tercoreng. Pemerintah daerah pun menghadapi tekanan untuk segera memperbaiki fasilitas agar bisa kembali di gunakan.

Tidak Lolos Verifikasi Oleh PSSI

Stadion Brawijaya di Kediri d inyatakan Tidak Lolos Verifikasi Oleh PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) setelah di lakukan inspeksi menyeluruh terhadap fasilitas dan infrastruktur stadion. Tim verifikasi menemukan sejumlah kekurangan yang cukup serius, baik dari aspek teknis, keamanan, maupun kenyamanan, sehingga stadion legendaris tersebut belum memenuhi standar yang di tetapkan untuk menggelar pertandingan Liga 1. Temuan ini menjadi perhatian penting karena stadion tersebut merupakan markas Persik Kediri, klub yang berlaga di kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia.

Salah satu temuan utama dari tim PSSI dan PT LIB adalah kondisi rumput lapangan yang tidak memenuhi standar FIFA maupun PSSI. Rumput di anggap tidak rata dan sistem drainasenya buruk, sehingga lapangan mudah tergenang air saat hujan. Kondisi ini berisiko tinggi terhadap keselamatan pemain dan kualitas permainan. Selain itu, pencahayaan stadion juga di nilai tidak memadai untuk pertandingan malam hari. Tingkat pencahayaan atau lux lampu stadion jauh di bawah batas minimal yang di tetapkan, membuat visibilitas bola dan pemain terganggu, serta berpotensi menghambat siaran televisi.

Dari sisi fasilitas, tim verifikasi juga menyoroti ruang ganti pemain yang di nilai sempit dan tidak layak, serta ruang media yang tidak memenuhi kebutuhan peliputan profesional. Area medis, ruang wasit, dan fasilitas penunjang lainnya juga belum sesuai standar. Selain itu, aspek keamanan menjadi perhatian besar. Jalur evakuasi penonton masih terbatas, pagar pembatas antartribun tidak kokoh, dan kapasitas penonton tidak di dukung dengan sistem keluar-masuk yang memadai jika terjadi keadaan darurat.

Menimbulkan Kekhawatiran Di Kalangan Pendukung

Ketidaklayakan Stadion Brawijaya Menimbulkan Kekhawatiran Di Kalangan Pendukung setia Persik Kediri. Para suporter yang selama ini menjadi kekuatan utama tim merasa cemas karena besar kemungkinan Persik tidak dapat bermain di kandang sendiri. Bagi mereka, Stadion Brawijaya bukan sekadar tempat pertandingan, melainkan simbol kebanggaan dan identitas kota. Setiap laga kandang selalu menjadi momen emosional yang mempertemukan pemain dengan ribuan pendukung fanatik. Jika Persik harus berpindah ke stadion lain, maka atmosfer khas dan kedekatan emosional antara tim dan suporternya akan sulit tergantikan.

Kekhawatiran ini juga muncul karena pengalaman menunjukkan bahwa bermain di luar kandang sering berdampak pada performa tim. Pemain biasanya lebih termotivasi saat mendapat dukungan langsung dari tribun penuh suporter. Kehadiran ribuan penonton yang menyanyikan yel-yel mampu menambah semangat dan tekanan bagi tim lawan. Jika Persik harus bermain di stadion lain yang jauh dari Kediri, mereka akan kehilangan dukungan tersebut, yang bisa memengaruhi mental bertanding dan hasil pertandingan. Para suporter juga khawatir tim kehilangan identitasnya karena tidak lagi tampil di rumah sendiri, tempat sejarah panjang kejayaan Persik tercipta.

Selain aspek emosional, ada pula kekhawatiran praktis di kalangan pendukung. Jika pertandingan di gelar di luar kota, banyak suporter yang tidak memiliki waktu atau biaya. Untuk bepergian jauh hanya demi menyaksikan tim kesayangan. Hal ini tentu mengurangi jumlah penonton dan meredam semangat kolektif yang selama ini menjadi ciri khas Persikmania. Tak hanya itu, komunitas ekonomi kecil di sekitar stadion, seperti pedagang dan penyedia jasa parkir. Juga akan terdampak karena hilangnya kegiatan rutin setiap pertandingan kandang. Kondisi ini membuat para pendukung berharap besar agar Pemerintah Kota Kediri dan manajemen klub segera mempercepat renovasi Stadion Brawijaya. Mereka menuntut adanya tindakan nyata agar stadion bisa segera memenuhi standar PSSI dan Persik bisa kembali bermain di Stadion Brawijaya.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait